Seluruh kehidupan telah diatur oleh Sang Penguasa, apalah yg mau dimohon.
Hari ini tdk tahu masalah besok, apalah yg mau dikhawatirkan.
Anak cucu punya rezeki masing2, apalah yg mau dicemaskan.
Di dunia sulit menemukan kebahagiaan, mengapa harus sedih.
Berpakaianlah yg sederhana & sopan, apalah yg mau dipamerkan.
Bagaimana pun lezatnya makanan hanyalah sebatas lidah, mengapa harus rakus.
Setelah meninggal tdk sesenpun yg dibawa, mengapa harus pelit.
Orang terdahulu menanam, orang masa kini memetik, Apalah yg mau diperebutkan.
Disisi lain mendapatkan, di sisi lain kehilanga, Mengapa harus serakah.
Tuhan itu ada di manapun kt berada, mengapa harus belajar mengelabuhi.
Kekayaan dan kemuliaan orang telah dirintis sebelumnya, mengapa harus iri.
Kehidupan lalu tidak dibina, sekarang menderita, Mengapa harus mengeluh.
Orang berjudi tidak akan ada hasil yg baik, Apalah yg mau dipermainkan.
Membina rumahtangga dg rajin & hemat melebihi memohon bantuan orang lain, Apalah yg perlu diboroskan.
Kalau saling balas dendam, kapankah berakhir. Mengapa harus bermusuhan.
Masalah Dunia bagaikan bermain catur,Apalah yg harus diperhitungkan.

date Selasa, 06 Oktober 2009

Gelap...
yang ada hanya hitam
pekat tak terlihat
meraba ..satu satu
menjamah dinding-dinding
tertatih ,terinjak duri dan kerikil tajam
masih belum temukan cahaya
masih belum temukan kepastian
masih buta mata menatap kedepan
masih tetap meraba dan meraba terbentur
dinding kepiluan
terluka kaki kaki bercecar darah
putus asa....membendung dalam guratan
jiwa...membengkak penuh nanah kebencian
masih tetap buta menyapa
meraba dinding semu ..mencari cahaya
berharap menuntun melewati siksa nestapa
namun ..tak jua ada ..dan tak juga
terlihat..bersitan sinar itu...
hingga lelah datang dan terlelap dalam
lorong gelap tanpa cinta.....

date Senin, 06 April 2009

Kami yang mencoba jadi fellah
tergopoh-gopoh setiap fajar tiba
mencangkul tanah keras
sambil tetap istiqomah
yakin al-FatahNya masih terbuka
hari berbilang bulan
coba bertahan
dari dekapan tuantuan
tanah, yang cuma doyan
faraj dan fidah
kadang, belalang datang
mencukur kehijauan
rasanya seperti floret yang dihunuskan
ke jantung kami
tangis yang telah kering
mencoba tetap tabah
seperti para fukaha
yang menyiram tubuhtubuh ranggas kami
dan berharap fadilat
segera menjemput kami

date

Ketika kesyahduan
menjadi air mata yang mengering
dan kepedihan
melontarkan tawa-tawa ejekan
dalam …… dan usang
gelap ….. dan penat
hingga ajal kepedihan
hinggap diseluruh jiwaku
kunyanyikan tangis kepedihan
kudendangkan air mata derita
sampai lukaku mengering

-Jogja-

date

Tangan-tangan kecilitu mengusapku pelan
Menghantar tubuhku dalam kedamaian
Kurebahkan berlahan-lahan dalamtidur panjang
Memunguti ranting-ranting yang tertinggal semalam
Jiwa resahku memanggil dan menggigil
Tawa pesonamu yang menyayat hati
Elegi cinta tiga pesona
Hadir dalam hamparan abadi

-Jogja-

date